Sadarlah putra kelana...
Hdupmu sudah berakhir jadi pilu
Deritamu kini meraung merasuki jiwa
untuk apa lagi ada suka yang kau pinta itu
Karena kebahagiaan hanyalah fatamorgana
Dulu, saat nyanyian kemilau rupawan pamerkan mahkotanya
kaupun merasa sombong untuk dapat melihatnya selalu
Tapi kini apa yang kau lihat berubah menakutkan
seluruh sendi hidupmu patah karena keserakahan alam jiwamu
Tak perlu lagi kau rindukan raut rupawan itu
Tidakkah dia yang melukai kelopak matamu yang lembut
Tidakakah dia yg meracuni jiwamu yg kini berbau kebencian??
Namun sanggupkah hatimu utk terus diranatai petaka itu
Sementara kemelut hidup belumlah tentu berakhir disisni
Sadarlah putra kelana...
Matahari sudah hampir condong kebarat
Sebentar lagi senjamu datang menghampiri
Jangan kau risaukan rupawanyang berubah iblis itu
ingatlah bahwa dia yang menyakiti sukm laramu yang suci
Dan dia pula yg khianati kemurnian nalurimu yg bersahaja
jauhilah, jauhi semua duka yg masih kau bawa
Sebab semua itu akan membawamu kejurang maut
Lihatlah mentari itu, tidakkah kau mali padanya yg telah mengejekmu
Setiap hari , baru setahun jagung usiamu namun kau telah kalah
Oleh kehidupan ini.
Sementara alam raya masih tawarkan sgenap suka duka
Yang semestinya kau tetap jalani belantara yg kejam ini
Untuk apa kau sesali apa yg telah berlalu
Sementara yg berlalu itu mungkin akan kembali membawa bahagia
Siapa tahu takdir seseorang selain Sang Penguasa alam raya
Menangislah kelana...
keluarkan tangisan hatimu yg tersendat agar semusa yg mengganjal
direlung sukamamu jadi hilang
tapi ingat, jangan kau keluarkan tangisan penyesalan, sebab semua.
Akan kian membawamu pada kematian yg kini mulai bernyanyi
Mengalunkan derita hidupmu.
Oh kelanaku yang malang...
jangan ragu akan apa yang ada dalam fikiranmu,
Suatu saat nanti derita itu akan berakhir
Tidakkah kau ingin mereguknya, sebuah kepastian yg akan
dan menemani hidpmu, atau mungkn juga sirupawan akan kembali membawa segenap sesal karena perilakunya yan kejam, walau itu mustahil.
Sadarlah putra kelana...
Hdupmu sudah berakhir jadi pilu
Deritamu kini meraung merasuki jiwa
untuk apa lagi ada suka yang kau pinta itu
Karena kebahagiaan hanyalah fatamorgana
Dulu, saat nyanyian kemilau rupawan pamerkan mahkotanya
kaupun merasa sombong untuk dapat melihatnya selalu
Tapi kini apa yang kau lihat berubah menakutkan
seluruh sendi hidupmu patah karena keserakahan alam jiwamu
Tak perlu lagi kau rindukan raut rupawan itu
Tidakkah dia yang melukai kelopak matamu yang lembut
Tidakakah dia yg meracuni jiwamu yg kini berbau kebencian??
Namun sanggupkah hatimu utk terus diranatai petaka itu
Sementara kemelut hidup belumlah tentu berakhir disisni
Sadarlah putra kelana...
Matahari sudah hampir condong kebarat
Sebentar lagi senjamu datang menghampiri
Jangan kau risaukan rupawanyang berubah iblis itu
ingatlah bahwa dia yang menyakiti sukm laramu yang suci
Dan dia pula yg khianati kemurnian nalurimu yg bersahaja
jauhilah, jauhi semua duka yg masih kau bawa
Sebab semua itu akan membawamu kejurang maut
Lihatlah mentari itu, tidakkah kau mali padanya yg telah mengejekmu
Setiap hari , baru setahun jagung usiamu namun kau telah kalah
Oleh kehidupan ini.
Sementara alam raya masih tawarkan sgenap suka duka
Yang semestinya kau tetap jalani belantara yg kejam ini
Untuk apa kau sesali apa yg telah berlalu
Sementara yg berlalu itu mungkin akan kembali membawa bahagia
Siapa tahu takdir seseorang selain Sang Penguasa alam raya
Menangislah kelana...
keluarkan tangisan hatimu yg tersendat agar semusa yg mengganjal
direlung sukamamu jadi hilang
tapi ingat, jangan kau keluarkan tangisan penyesalan, sebab semua.
Akan kian membawamu pada kematian yg kini mulai bernyanyi
Mengalunkan derita hidupmu.
Oh kelanaku yang malang...
jangan ragu akan apa yang ada dalam fikiranmu,
Suatu saat nanti derita itu akan berakhir
Tidakkah kau ingin mereguknya, sebuah kepastian yg akan
dan menemani hidpmu, atau mungkn juga sirupawan akan kembali membawa segenap sesal karena perilakunya yan kejam, walau itu mustahil.
Sadarlah putra kelana...
Sumber: bagindohidayatullah.multiply.com
0 komentar:
Post a Comment