Sebuah kisah tragis menimpa dua orang
wanita. Keduanya diperkosa ramai-ramai oleh beberapa lelaki di suatu
gang sepi. Kejadian itu benar-benar membuat kedua wanita itu terpukul.
Keduanya merasa hancur hidupnya… namun mereka memberi arti yang berbeda
atas kejadian itu.
Wanita
pertama bernama Luka. Ia memberi arti bahwa kejadian itu adalah sebuah
kutukan. “Mengapa harus saya yang diperkosa, bukan orang lain….” begitu
jerit dalam hatinya. Kejadian itu benar-benar membuat ia hancur, tidak
ada lagi masa depan, rasanya ingin mati saja. Sejak kejadian itu ia jadi
pemurung, hidupnya tanpa arah, dan putus asa. Ia merasa itu sebuah
ketidak adilan. Hidup ini tidak adil, jadi tidak ada lagi gunanya
menjadi orang baik, sudah hancur mendingan sekalian saja. Kemudian ia
menjadi orang yang sembarangan dalam hidupnya¸ sering pulang malam, dan
akhirnya ia menjadi wanita tuna susila.
Wanita kedua bernama Mona. Ia
merasa kejadian itu adalah sebuah panggilan dari Tuhan. Tidak ada
gunanya kesedihan dan penyesalan berkepanjangan, toh semuanya sudah
terjadi. Mona mengatakan yang terpenting sekarang adalah pelajaran apa
yang bisa diambil dari kejadian itu. Bagaimana caranya agar aku bisa
merasa baik, menjadi lebih baik dan membuat orang lain menjadi lebih
baik serta mendapat ridho-Nya.
Dia
merasa dan meyakini mendapat panggilan Tuhan untuk hidup lebih berguna.
Akhirnya ia ikut sekolah kepribadian dan belajar bela diri. Selanjutnya
Mona mendirikan training “woman self defense”. Training tersebut
mengajari bagaimana seorang wanita menjaga diri dari kemungkinan
gangguan laki-laki dan perbuatan yang mengarah pada pelecehan seksual.
Training tersebut bukan hanya mengajari bela diri menghadapi gangguan
fisik, akan tetapi juga bagaimana berpakaian dan berperilaku agar tidak
mengundang perhatian lelaki kurang ajar.
Dari
training tersebut Mona menjadi wanita yang sangat terkenal dan
dikagumi. Ia menjadi wanita terhormat, bahkan jauh lebih terhormat
daripada sebelum diperkosa. Peristiwa perkosaan itu sangat berarti
baginya, merubah hidupnya menjadi luar biasa.
Seseorang
bisa memberi arti apa saja bagi sebuah kejadian, seperti misalnya Luka
memberi arti bahwa kejadian itu merupakan ketidak adilan, kehancuran,
tidak ada masa depan. Namun dengan kejadian yang persis sama, Mona
memberi arti yang sangat berbeda.
Kumpulan arti itu menjadi niai-nilai dan keyakinan.
Pemberian arti pada setiap kejadian pada sesorang itu bebas dan terserah, namun biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dimiliki sebelumnya dan terkait dengan tujuan hidupnya di masa mendatang.
Sekali
arti itu dibuat, ia kemudian tersimpan dalam hati dan menambah nilai –
nilai yang ada sebelumnya. Ia bisa merupakan nilai-nilai yang memperkuat
dan memperkaya nilai-nilai lama, atau bisa juga merupakan nilai baru
sama sekali yang menghapus dan menggantikan nilai-nilai lama. Selajutnya
kumpulan arti-arti itu menjadi persepsi, aturan-aturan atau keyakinan
yang siap dipakai sebagai referensi untuk pemberian arti pada kejadian
berikutnya. Selanjutnya itu disebut sebagai belief.
Orang – orang HEBAT memberi arti setiap kejadian dikaitkan dengan tujuan suksesnya.
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa setiap kejadian diresponse dengan memberikan arti. Begitu arti tertentu dibuat ia kemudian terangkai dengan munculnya emosi tertentu, dan emosi tertentu itu menggerakkan serangkaian keputusan dan action tertentu.
Mari kita ikuti kisah dua orang
supervisor yang bernama Burudan Marahlulu dan Bangkit Sanjaya. Keduanya
dipecat dari pekerjaannya di sebuah perusahaan, karena tidak tercapai
target dua supervisor itu dimarahi habis-habisan oleh Manajernya. Di
sebuah ruang meeting Manajernya berteriak-teriak di depan teman-temannya
“Kamu ini memang goblok….
Tidak punya otak…..
Kerja hanya pakai dengkul…..
Sudah berapa kali kamu berdua diperingatkan……
Sekarang kamu berdua saya pecat…….
Ambil barang-barangmu dan pergi sekarang juga…..”
Suasana ruangan itu jadi
mencekam…. Masing-masing orang dengan imajinasinya sendiri-sendiri.
Tidak terbayangkan bagaimana kemarahan kedua supervisor tersebut.
Pak Burudan dengan sangat marah keluar dari ruangan sambil berkata kepada manajernya,
“Bapak telah menghancurkan masa depan saya,
mempermalukan saya di depan teman-teman saya….
Dasar manusia tidak punya perasaan…..
Bapak akan menanggung akibatnya……”
Hatinya sangat marah, baginya
kehormatan adalah segalanya, dan harus dibela dengan cara apapun
meskipun harus masuk penjara. Dia berencana mengumpulkan teman-temannya
dan ia berencana akan menghabisi mantan Manajernya itu.
Demikian juga Pak Bangkit, ia juga sangat marah….. dengan muka merah padam ia katakana kepada Manajernya,
“ Bapak tidak berhak menghina saya seperti ini…..
Akan saya buktikan bahwa saya tidak seperti yang Bapak ucapkan….
Akan saya buktikan bahwa saya lebih baik dari Bapak…..
Saat
semua sudah berubah, dan saya jauh lebih hebat dari Bapak, saya akan
datang menemui Bapak …. Dan Bapak saya bawakan hadiah…. parcel……
Tunggu saatnya…..”
Kedua supervisor ini menerima
peristiwa yang sama, mereka sama-sama memberi arti yang negatif dan
sama-sama merespons dengan kemarahan, namun mengaitkan kemarahan dengan
action yang berbeda. Pak Burudan berencana menghabisi Manajernya, tetapi
pak Bangkit berencana memberinya hadiah saat sudah sukses nanti.
Orang-orang gagal sering
terjerumus dengan dan larut dengan arti dan emosi yang dibuatnya
sendiri. Ketika ia mendapat pujian diartikan dirinya sudah cukup baik
hingga terlena dan merasa tidak perlu berubah menjadi yang lebh baik
lagi. Ketika arti dan emosi itu negatif dijadikan alasan untuk tidak
perlu berubah karena sudah terlajur kecewa.
Kualitas Hidup anda sangat
Tergantung dari Bagaimana anda memberi arti pada setiap kejadian serta
bagaimana anda mengaitkan dengan tujuan hidup anda di masa depan.
Orang-orang hebat selalu
mengaitkan apapun arti dan emosi yang dibuatnya pada setiap kejadian
dengan kesuksesannya di masa mendatang. Ketika arti dan emosi itu
positif ia kaitkan untuk menjadi daya tarik dalam menuju suksesnya¸ ia
pertahankan dan bahkan ia tingkatkan. Namun ketika arti dan emosi itu
negative, dipakainya untuk mendorong dan mencambuk dirinya untuk menjadi
jauh lebih dahsyat guna lebih cepat mencapai suksesnya.
Dalam menghadapi arti yang
negatif mereka mencari hikmah apa yang bisa ambil dari kejadian itu, apa
yang harus dilakukan agar dirinya menjadi lebih baik, dan ia bisa
membuat orang lain lebih baik, dan diridhoi Tuhannya.
0 komentar:
Post a Comment