Paradigma adalah pendapat kita tentang keadaan pada diri kita sendiri. Contohnya
jika kita memiliki paradigma tentang diri kita yang lemah, pasti kita menciptakan kelemahan yang menjadi keterbatasan diri.Kadang – kadang kita yang salah tentang paradigma diri kita, sehingga kita juga yang menciptakan keterbatasan diri yang membebankan. Masih inget film petualangan sherina gak? Yang sherina gak mau ninggalin Jakarta buat Pindah ke Bandung gara-gara takut kehilangan teman. Tapi,kecerdasan emosi sherina memupus paradigmanya tentang teman. Karena teman bisa di ciptakan kembali.
Dalam The 7 habbits of Highly Effective teens
dikatakan
“paradigma itu seperti kacamata. Kalau kamu memiliki
paradigma yang tidak lengkap tentang diri sendiri atau kehidupan pada umumnya,
itu sama seperti mengenakan kacamata yang keliru ukurannya. Lensanya akan
mempengaruhi bagaiman kamu melihat segalanya.
Akibatnya, yang kamu dapatkan adalah apa yang kamu
lihat. Kalau kamu percaya kamu kurang pandai, keyakinanmu itu menjadikanmu
kurang pandai.
Kalu kamu yakin saudaramu kurang pandai, kamu akan
mencari bukti-bukti keyakinanmu terus menemukannya dan dia kan tetap kurang
pandai di matamu. Sebaliknya, kalau kamu ercaya kamu cerdas, keyakinanmu itu
akan mewarnai apa pun yang kamu lakukan.”
Sekarang
kamu tahu, kalau kamu juga punya paradigma tentang diri sendiri, orang lain,
dan kehidupan pada umunya. Tapi sadar nggak kalau paradigma kita pada dunia
umumnya seringkali menciptakan ketergantungan pada orang lain.
Pernahkah Anda mendengar kata di atas? Baik itu kata cara pandang ataupun kata paradigma. Dalam keseharian, Anda selalu menggunakan cara pandang dalam menyelesaikan suatu masalah yang sedang Anda hadapi. Menurut saya, pengertian dari cara pandang atau paradigma yaitu cara Anda melihat sesuatu, mengartikan sesuatu tersebut menurut pemikiran Anda. Analoginya yaitu seperti gambar dibawah ini:
Coba bila kita melihat gambar di bawah ini. Gambar apakah sebenarnya?
Nah, itulah yang disebut cara pandang atau paradigma. Tidak ada yang salah ataupun tidak ada yang benar dalam cara pandang seseorang karena setiap orang bergantung dari apa yang Anda lihat akan mempengaruhi apa yang Anda lakukan dan apa yang Anda lakukan akan mempengaruhi apa yang Anda hasilkan. Hasilnya akan menguatkan cara pandang Anda terhadap apa yang Anda lihat.
Karena cara pandang setiap orang tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar maka muncullah kata sepakat. Jadi bila sudah sepakat bahwa bila melihat gambar di atas maka lihatlah gambar tikus sehingga bila orang melihat gambar di atas tersebut gambar orang tua pakai kacamata di anggap salah menurut kesepakatan yang sudah disetujui oleh banyak orang. Contoh kasus, bila teman saya dari Irian Jaya datang dengan memakai (maaf) koteka yaitu pakaian adat di sana dan kami berjalan-jalan di salah satu mall. Maka siapa yang dianggap gila? Teman saya atau orang-orang di sekitar teman saya. Nah, sekarang saya balik contohnya. Bila saya yang datang ke Irian Jaya dan tetap memakai pakai seperti sekarang ini maka pertanyaannya, siapa yang dianggap gila oleh orang orang-orang Irian Jaya? Mereka atau saya?
*tulisan diambil dari berbagai sumber*
0 komentar:
Post a Comment