KALIMAT إن شاء الله TIDAK PERLU DITULIS "IN SHAA ALLAH" KARENA JUSTRU SALAH DALAM TRANSLITERASI INDONESIA
Oleh: Ustadz Felix Siauw
(Bacalah dengan perlahan-lahan)
Transliterasi itu memang sedikit banyak menimbulkan tantangan dalam memahaminya, karena bunyi mulut bila dituliskan, itu tergantung telinga yang mendengar, dan juga huruf yang dipahami
Oleh: Ustadz Felix Siauw
(Bacalah dengan perlahan-lahan)
Transliterasi itu memang sedikit banyak menimbulkan tantangan dalam memahaminya, karena bunyi mulut bila dituliskan, itu tergantung telinga yang mendengar, dan juga huruf yang dipahami
Misal, kita semua tahu bunyi kucing, tapi bagaimana menuliskannya?
Apakah "Miau" atau "Meong" atau "Meow"? Kalau anjing? apalah "Gukguk"
atau "Wofwof" atau "HukHuk"?
Itu baru transliterasi hewan, transliterasi manusia lebih rumit lagi
Dalam bahasa Cina misalnya, Marga saya >> 簫 dibaca tergantung transliterasi, bisa "Siauw" atau "Xiao" atau "Siaw" bisa juga "Xiau", ya tergantung kesepakatan
Bahasa Arab juga sama, saat ditransliterasikan ke bahasa Indonesia, kita perlu kesepakatan. Misal huruf ش kita sepakati ditulis "Syin" dalam bahasa Indonesia, dan huruf ص kita sepakati ditulis "Shad" dalam bahasa Indonesia, walau dibaca lebih dekat ke "Shod", tapi tetep ditulis "Shad"
Maka seharusnya kalimat إن شاء الله nggak perlu ditulis "In Shaa Allah" karena justru salah secara transliterasi, harusnya ditulis "InsyaAllah" dalam transliterasi Indonesia. Kalau transliterasi lain kita nggak bahas
Lha, gimana kalau tetep ada yang nulis "In Shaa Allah"? Ya gapapa, asal konsisten aja sama bahasa Arab lain yang memuat huruf ش yang ditransliterasikan ke bahasa Indonesia
Berarti yang nulis "In Shaa Allah" juga konsisten nulis "MashaAllah", "Shahid", "Mushawarah", "Shukur", "Shair", "Shiar", "Shafa'at", "Shukran", "Sha'ban", hehehe..
Jadi hal yang biasa, nggak perlu dibuat sulit, karena kita di Indonesia, menulis "InsyaAllah" itu justru benar, dan menulis "In Shaa Allah" justru menimbulkan kebingungan yang baru
Semoga manfaat :)
Itu baru transliterasi hewan, transliterasi manusia lebih rumit lagi
Dalam bahasa Cina misalnya, Marga saya >> 簫 dibaca tergantung transliterasi, bisa "Siauw" atau "Xiao" atau "Siaw" bisa juga "Xiau", ya tergantung kesepakatan
Bahasa Arab juga sama, saat ditransliterasikan ke bahasa Indonesia, kita perlu kesepakatan. Misal huruf ش kita sepakati ditulis "Syin" dalam bahasa Indonesia, dan huruf ص kita sepakati ditulis "Shad" dalam bahasa Indonesia, walau dibaca lebih dekat ke "Shod", tapi tetep ditulis "Shad"
Maka seharusnya kalimat إن شاء الله nggak perlu ditulis "In Shaa Allah" karena justru salah secara transliterasi, harusnya ditulis "InsyaAllah" dalam transliterasi Indonesia. Kalau transliterasi lain kita nggak bahas
Lha, gimana kalau tetep ada yang nulis "In Shaa Allah"? Ya gapapa, asal konsisten aja sama bahasa Arab lain yang memuat huruf ش yang ditransliterasikan ke bahasa Indonesia
Berarti yang nulis "In Shaa Allah" juga konsisten nulis "MashaAllah", "Shahid", "Mushawarah", "Shukur", "Shair", "Shiar", "Shafa'at", "Shukran", "Sha'ban", hehehe..
Jadi hal yang biasa, nggak perlu dibuat sulit, karena kita di Indonesia, menulis "InsyaAllah" itu justru benar, dan menulis "In Shaa Allah" justru menimbulkan kebingungan yang baru
Semoga manfaat :)
0 komentar:
Post a Comment