Oleh : Abu Akmal Mubarok
Apakah Itu
Istidraj?
Secara
harfiah istidraj artinya adalah “menarik” atau mengulur”. dalam Kamus
Al-Muhit karangan Al-Fairuz Abadi “istidraj” bermakna ia menipu dan ia
merendahkannya”. Istilah ini dipakai dalam Al-Qur’an misalnya :
“Dan
orang-orang yang mendustakan ayat kami, maka kami akan menarik mereka
(sanastadri-juhum), secara berangsur angsur (ke arah kebinasaan) dengan
cara yang mereka tidak ketahui” (Q.S. Al-A’raaf [7] : 182)
Sedangkan
secara istilah (terminologis) Ibnu Katsir menjelaskan bahwa istidraj ialah
Allah dibukakan pintu rizqi dan berbagai sumber penghidupan lainnya sampai
mereka terperdaya olehnya dan beranggapan bahwa diri mereka di atas
segala-galanya. Imam AlQurtubi Tafsir Jami’ Al-Ahkam berkata :
‘Add-Dhohhak’ menafsirkan ayat Al-a’raf ayat 182 di atas bahwa “Setiap
kali mereka menambah/membuat/membaharui maksiat yg baru maka setiap ituAllah
membaharui / menambah / membuat nikmat ke atas mereka”. Istidrajullah al-abda“(Allah
menIstidrajkan hambanya) memiliki arti bahwa setiap kali hambaNya berbuat
kesalahan maka setiap kali itu juga Allah justru menambah nikmatNya.
Abu Musa
ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia
lagi Maha Agung akan mengulur-ulur waktu bagi orang yang zalim. Tetapi ketika
Allah akan menyiksanya, maka Dia tidak akan melepaskannya. Kemudian beliau
membaca firman Allah: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk
negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih
lagi keras. (H.R. Muslim No.4680)
Apakah
Kesuksesan Di Dunia Tanda Kasih Sayang Allah?
Dalam
berbagai training motivasi sering dikatakan bahwa jika hubungan kita beres
dengan Allah, maka pasti dunianya akan sukses. Artinya jika dunia tidak sukses
dan hidup susah itu pertanda hubungan nya dengan Allah tidak baik. Premis ini
ada baiknya untuk memotivasi orang agar mau mendekati agama. Motovator perlu
menyatakan seperti itu karena kebanyakan orang jaman sekarang tidak mau
melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan. Dan
semua itu diukur dengan materi.
Maka orang
sering mengatakan ngapain belajar agama, emangnya agama bisa bikin kamu kaya?
Ngapain belajar agama emangnya mau jadi ustad? Maka ketika motivator berkata
bahwa agama bisa membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan di dunia, barulah
orang mau mendekati agama.
Sebagian
manusia mengira bahwa jika apa yang dicita-citakan tercapai, perdagangannya
menguntungkan, karirnya sukses maka itu adalah tanda ia mendapatkan kasih
sayang Allah. Sedangkan bila rejekinya sempit , perdagangannya merugi, musibah
datang silih berganti itu adalah tanda Allah tidak menyayanginya.
Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila
Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku
menghinakanku” Sekali-kali tidak (demikian) (Q.S. Al-Fajr [89] : 15-17)
Padahal
belum tentu kesenangan dan kesuksesan yang selalu kita peroleh itu adalah
sebuah kebaikan. Bisa jadi kesenangan dan kesuksesan itu justru sebuah ujian
atau musibah.
Apakah
mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu
(berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka?
Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar (Q.S. Al-Mukminuun [23] : 55-56)
Allah
meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka
bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibandingkan
dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Q.S. Ar-Ra’d [13] :26)
Perbandingan
dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam
laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya. (H.R. Muslim dan Ibnu Majah)
seteteshidayah.wordpress.com
0 komentar:
Post a Comment