BILA SURGA DAN NERAKA TAK ADA
Oleh : Abu Akmal Mubarok
Andaikan
surga dan neraka tak ada
Masihkah kau
mau sujud kepadaNya
Demikianlah
bunyi lagu Alm. Chrisye.
Bait lagu
ini diilhami dari perkataan tokoh sufi wanita Rabi’ah Al-Adawiyah :
Seluruh
mereka menyembahMu karena takut neraka
Dan mereka
pandang keselamatan sebagai keuntungan besar
Atau agar
mereka dapat masuk surgaMu lantas berjaya
Mengecap
nikmat dan minum salsabila
Peruntunganku
bukan surga atau neraka
Aku tidak
mencari pengganti bagi cintaku
Perkataan
sufisme seperti di atas seolah menampakkan keagungan dan keunggulan cinta
kepada Allah melebihi orang kebanyakan. Maka orang-orang sufi menggunakan
metafora yang sama untuk mengunggulkan dirinya di atas orang kebanyakan dengan
berkata bahwa dirinya telah mencapai derajat cinta sedangkan orang kebanyakan
masih melakukan ibadah karena menunaikan kewajiban. Seperti wajib pajak
menyetorkan pajak.
Sebenarnya
secara tidak sadar dengan perkataan itu secara tidak langsung telah melecehkan
Allah. Apakah kita menganggap Allah itu seperti “sales” yang menawar-nawari
bonus agar orang mau beribadah kepadaNya? Lantas manusia menolaknyanya “ No
thanks, saya tidak butuh SurgaMu”.
Sesungguhnya
Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam
surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi
perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah
sutera (Q.S.
Al-Hajj [22] : 23)
Allah
menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan
(mendapat) tempat-tempat yang bagus di Surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah
lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar (Q.S. At-Taubah [9] : 72)
Telah Aku
sediakan untuk hamba-hambaKu sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata tidak
terdengar oleh telinga dan tidak terlintas di dalam hati manusia (H.R. Bukhari)
Apakah Anda
menganggap Allah sangat memerlukan orang agar taat kepadaNya sampai-sampai
perlu membujuk-bujuk orang dengan surgaNya? Atau menakut-nakuti orang dengan
nerakaNya?
Sesungguhnya
Allah tidak membutuhkan keimanan kita dan tidak butuh ibadah kita.
Mereka
merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah:
“Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu (Q.S. Al Hujuraat [49] : 17)
Jika kamu
kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu (Q.S. Az-Zuumar [39] : 7)
Dan Musa
berkata : Seandainya kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya
mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji (Q.S.
Ibrahim [14] :8)
Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Q.S. Ali Imran [3] : 97)
Maka
sesungguhnya Allah mengadakan pahala dan dosa, serta surga dan neraka, semua
ini diadakan karena manusialah yang membutuhkan Allah
Hai manusia,
kamulah yang membutuhkan kepada Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji (Q.S. Al-Fathiir [35] : 15)
Jika kita
mengatakan tidak mengharapkan surganya Allah, secara tidak sadar pula perkataan
seperti itu merupakan kesombongan terhadap RahmatNya. Manusia saja bisa tersinggung
ketika kita tampik pemberiannya, padahal pemberiannya itu tulus.
Allah justru
menyukai dan menghendaki manusia memohon surga padaNya
Bagi mereka
di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki, sedang mereka kekal (di
dalamnya). (Hal itu) adalah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan
(kepada-Nya) (Q.S.
Al-Furqon [25] : 16)
Sembahlah
olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di
muka bumi berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Ankabuut [29] : 36)
Perhatikanlah
bagaimana Allah menyatakan bahwa surga itu patut dimohonkan kepadaNya,
sehingga Allah menyukai apabila manusia mengharap memasuki SurgaNya. Bahkan
Allah menyuruh kita untuk berlomba-lomba mengharap surgaNya
Berlomba-lombalah
kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman (Q.S. Al-Hadiid [57] : 21)
Ada orang
yang sok menganggap dirinya telah mencapai derajat yang tinggi dengan
mengatakan bahwa ayat itu Allah perlukan bagi orang yang awam (yang masih
mengharap imbalan agar mau melakukan kebaikan)
Dan itulah
surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu
kerjakan (Q.S.
Az-Zukhruf [43] : 72)
Allah justru
memerintahkan kepada kita untuk mengharap rahmatNya dan takut kepada adzabNya
Siapa di
antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan
takut akan azab-Nya, sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang
(semestinya) ditakuti (Q.S. Al-Israa’ [17] : 57)
Demikian
pula Allah telah berfirman bahwa Dia telah melakukan jual beli (take &
give) yang baik dengan memberikan imbalan berupa Surga dan sebagai timbal
baliknya orang beriman berjuang fii sabilillah mengorbankan harta dan jiwanya
demi tegaknya kalimat Allah.
Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itulah) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
itulah kemenangan yang besar (Q.S. At-Taubah [9] : 111)
Maka apakah
semua ini kemudian kita anggap sebagai sesuatu yang pamrih dan rendah? Tidak
begitu. Sesungguhnya pamrih itu adalah mengharap balasan dari selain Allah.
Sedangkan jika mengharapkan balasan dari Allah, maka itu adalah sesuatu yang
sepantasnya, sesuatu yang sewajarnya dan sesuatu yang pada tempatnya. Mengharap
imbalan dari Allah bukan disebut pamrih. Dan melakukan ibadah tanpa mengharap
imbalan pahala maupun surga bukanlah sesuatu yang luhur atau mulia melainkan
justru suatu kesombongan kepada Allah.
Walaupun
perkataan “aku beribadah semata karena cinta dan tidak mengharap surga” kelihatan
mulia, namun ketahuilah Allah murka pada orang yang tidak mengharap sesuatu
dariNya. Allah murka pada orang yang tidak mau berdoa memohon kepadanya.
Barangsiapa
tidak pernah berdoa kepada Allah maka Allah murka kepadanya (H.R. Ahmad)
Mintalah
anugerah Allah dan Allah senang bila diminta (H.R. Tirmidzi & Abu Nu’aim)
Allah juga
justru memerintahkan kita untuk takut pada neraka.
“…mengharapkan
rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang
(harus) ditakuti” (Q.S Al-Israa
[17] : 57)
Hanya milik
Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan (Q.S. Al-A’raaf [7]: 180)
Allah juta
senang jika hambanya takut pada Nerakanya, dan murka pada orang yang tidak
takut pada adzab Allah
Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan)
bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Q.S Al-Bayyinah [98] : 8)
Bahkan
Rabi’ah Al Adawiyah sendiri sangat takut pada nerakanya Allah. Ibnul Jauzi
menyebutkan dalam tarjamahnya (IV/17) daru Abdullah bin Isa ia berkata : Sya
pernah memasuki rumah Rabiah Al Adawiyah maka saya lihat wajahnya bercahaya dan
dia banyak sekali menangis. Lalu ada seorang laki-laki membacakan ayat-ayat
Qur’an di sampingnya yang menyebut tentang neraka, maka Rabi’ah pun menjerit
dan jatuh pingsan.
Lantas apa
artinya semua ini? Padahal Allah lebih dari mampu untuk menegakkan sendiri
kalimatNya di muka bumi ini. Padahal Allah lebih dari mampu untuk membinasakan
orang-orang dzhalim dan kafir di muka bumi ini.
Allah
sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya (Q.S Al-Qashash [28] : 78)
Dia bukan
pula hina yang memerlukan penolong(Q.S Al-Israa’ [17] : 111)
Mengapa pula
Allah mesti meminta tolong kepada makhluq yang diciptakanNya sendiri?
Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Q.S. Muhammad [47] : 7)
Allah juga
mampu menjadikan seluruh manusia ini beriman.
Seandainya
Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada
manusia semuanya (Q.S.
Ar-Ra’d [13] : 31)
Dan jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang
yang beriman semuanya ? (Q.S. Yunus [10] : 99)
Namun Allah
memang bermaksud mengadakan permainan dunia ini sebagai ujian untuk makhluqnya.
Yang dengan demikian itu Allah akan memilih siapa di antara manusia itu yang
layakmemasuki surgaNya
Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). ? (Q.S. Asy Syuura [42] : 13)
Maka tentu
saja jawabannya adalah bahwa semua ini bukanlah Allah yang membutuhkan.
Melainkan ladang amal dan ladang jihad ini disediakan bagi manusia untuk
beramal untuk membuktikan di hadapan Rabbnya bahwa dirinya sebagai orang
yang beriman dan layak memasuki surgaNya.
Dan supaya
Allah mengetahui siapa-siapa orang yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak (bisa) dilihatnya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Q.S. Al-Hadiid [57] : 25)
Namun
kembali lagi pertanyaannya bagaimana seandainya Surga dan Neraka itu memang
tidak ada? Sebenarnya pengandaian ini adalah pengandaian yang tidak ada gunanya
dan hanya berada pada tataran teoritis saja, karena kita telah beriman kepada
firman Allah yang menyatakan bahwa Surga dan Neraka itu ada. Maka baiklah kita
jawab secara teoritis saja bahwa sikap yang paling baik mengenai hal ini adalah
firman Allah :
berbuat
baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu (Q.S. Al-Qashash [28] : 77)
Demikian
pula ketika seorang sahabat berkata pada Rasulullah s.a.w :
Ya
Rasulullah bukankah dosamu saat ini dan akan datang telah diampuni? Rasulullah
menjawab : bukankah sepantasnya aku menjadi hamba yang bersyukur?
Demikian
pula perkataan Ibnul Qayyim :
Angaplah
hari berbangkit sudah tiba
Dan
Rasul-Rasul belum datang kepada kita
Dan Neraka
Jahim belum pula dinyalakan
Bukankah
wajib dan musthiq
Hamba memuji
dan menyanjung Pemberi nikmat?
seteteshidayah.wordpress.com
0 komentar:
Post a Comment