Oleh : Abu Akmal Mubarok
Jangan dulu
gembira jika Anda terus menerus dilimpahi harta, kesenangan, kesuksesan
sementara hidup Anda dari dulu tidak pernah diisi dengan ibadah. Shalat pun
tidak,puasa tak pernah dan zakat pun enggan. Sudah meninggalkan dunia hitam
(alias rambut sudah putih semua) namun tak pernah mengaji Al-Qur’an bahkan
mengenal huruf nya pun tidak.
Maka bisa
jadi itu adalah istidraj.
Yaitu sengaja Allah limpahi Anda dengan kesenangan
dan dibukakan dunia agar semakain terjerumus diri kita. Cirinya : semakin
maksiat justru semakin kaya rasa, semakin bejat justru semakin sukses, walhasil
semakin jahatlah orang itu..
Maka
istidraj ini tidak datang dengan tiba-tiba. Keputusan Allah memberikan istidraj
disebabkan oleh perbuatan dan sikap diantaranya adalah sebagai berikut :
- Tidak Beriman
Ketika Allah
melimpahkan sebagian harta duniawi kepada hambanya tidak serta merta itu
menjadi istidraj kecuali jika ia memang kafir. Maka salah satu penyebab
Istidraj adalah penolakan terhadap keimanan yaitu kekafiran. Oleh karena itu
harta yang diperoleh orang kafir jelas merupakan istidraj. Karena dengan harta
itu orang kafir akan berbangga dengan kekuatan yang ada dalam diri mereka dan
saling tolong menolong dalam kekafiran.
Adapun orang
kafir sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain (Q.S. Al-Anfaal [8] : 73)
Orang-orang
kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan
(manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah kamu (di dunia),
karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka (Q.S. Ibrahim [14] :30)
(Dikatakan
kepada orang-orang kafir): “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia
dalam waktu) yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa.” (Q.S. Al-Mursalat [77] : 46)
biarkanlah
mereka bermain-main dalam kesesatannya (Q.S. Al-An’aam [6] :91)
- Syirik
Apabila
Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah
dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia
mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari
jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara
waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S. Az-Zumar [39] :8)
- Kemunafikan
Sebab lain
terjadinya istidraj ialah kemunafikan. Kemunafikan di sini adalah munafik
haqiqi yaitu orang yang berpura-pura masuk Islam sedangkan hatinya sebenarnya
tidak menerima kebenaran Islam. Maka orang munafik hakiki sama kedudukannya
dengan orang kafir. Dan jika orang munafik itu dilimpahi kelimpahan harta maka
janganlah kita iri karena hal itu merupakan istidraj.
Dan apabila
kamu melihat mereka(orang munafik) , tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum
(karena keelokannya). Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan
mereka (karena pandai bicara). Mereka seakan-akan kayu yang tersandar.
Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada
mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap
mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai
dipalingkan (dari kebenaran)? (Q.S. Al-Munafiquun [63 ] : 4)
Pada ayat di
atas diisyaratkan bahwa istidraj tak hanya berupa harta, namun bisa juga berupa
tubuh yang elok dan kefasihan kata-kata atau kepandaian berbicara di depan
umum. Sehingga orang-orang menjadi terkesima dan terpengaruh mendengar
perkataan mereka. Sedangkan mereka dihinggapi rasa narsis yang akut sehingga
mengira bahwa setiap sorak sorai itu ditujukan bagi dirinya. Orang seperti ini
mengira setiap orang memperhatikan dirinya, dan dimana saja ia merasa menjadi
perhatian orang.
Maka
terhadap orang munafik seperti ini Allah justru sengaja membiarkan saja mereka
bersenang-senang di dunia dan dilimpahi harta yang banyak, kepandaian,
ketenaran, tubuh yang elok (karena banyak harta wajar saja jika mereka mampu
merawat tubuhnya dengan berbagai treatment sehingga tubuhnya sangat elok).
- Sombong Terhadap Kebenaran
Sombong yang
dimaksud di sini adalah sombong yang menyebabkan ia menolak kebenaran. Maka
orang seperti ini mungkin saja akan tertimpa istidraj. Maka harta yang ada
padanya hanya akan menyebabkan dirinya semakin sombong dan jauh dari kebenaran.
Kamu telah
menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah
bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu diba lasi dengan azab yang
menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan
karena kamu telah fasik (Q.S. Al-Ahqaaf [46] :20)
Ibnu mas’ud
ia memarfukannya : “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada
seberat biji dari kesombongan” Ada seseorang yang bertanya : Sesungguhnya
seseorang suka kalau pakaiannya bagus dan terompahnya bagus” Ia (Rasulullah
SAW) bersabda : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan.
Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menghina manusia” (H.R. Muslim,
Tirmidzi dan Abu Daud)
- Hamba Dunia dan Cinta Dunia
dan kamu
mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan (Q.S. Al-Al-Fajr [89] : 15-17)
Katakanlah:
“jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik. (Q.S. At-Taubah [9] : 24)
Dan
orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya
binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. (Q.S. Muhammad [47] :12)
Dan pada
(kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka: “Bersenang-senanglah kalian
sampai suatu waktu.” (Q.S.
Adz-Dzaariyat [51] :43)
Ali bin Abi
Thalib r.a. berkata : “Begitulah manusia, bila dunia telah menjadi besar di
penglihatnnya, dan mendiami reuang yang luas dalam relung hatinya, niscaya ia
akan menilainya lebih besar dari Tuhannya, lalu menjadikan dirinya hamba yang
amat patuh padanya..” (Mutiara Nahjul Balaghoh Hal 27)
- Memohon Dunia Saja
Sebagian
orang ada yang pikirannya terfokus pada keinginan dunia saja. Siang malam ia
berusaha mati-matian untuk meraih dunia. Segenap pikiran dan waktunya
dicurahkan untuk memperoleh dunia. Akhirat sama sekali terlewat dari
pikirannya. Kalaupun ia ingat berdoa, semata memohon keberhasilan dunia.
Barangsiapa
yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah
ada pahala dunia dan akhirat. (Q.S. An-Nisaa[4] : 134)
Barang siapa
yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu (di
dunia) baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan
kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat (Q.S. Asy-Syuura [42] :20)
Perhatikanlah
ayat di atas, jika Anda mengharapkan akhirat maka Allah akan memberikan akhirat
plus ditambah keuntungannya yaitu sebagian nikmat dunia. Sedangkan bagi orang
yang hanya mengharapkan dunia, maka hanya sebagian nikmat dunia yang dibukakan
sedangkan tak mendapat kenimatan akhirat.
Maka orang
seperti ini akan ditimpa istidraj. Yaitu mungkin saja Allah mengabulkan jerih
payahnya siang malam meraih dunia itu sehingga tercapailah apa yang dia
rencanakan dan dia idam-idamkan. Namun hal itu sama sekali tidak baik baginya.
Mengapa? Karena dengan tercapainya apa yang dia inginkan itu akan semakin
membuat dirinya lupa pada akhirat dan semakin banyak hartanya semakin sibuk ia
dibuatnya.
Ali bin Abi
Thalib pernah menasehati Kumail bin Ziyad An-Nakha’iy berkata : “Wahai
Kumail ilmu lebih utama dariapada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan harta,
engkau harus menjaga hartamu” (Nahjul Balaghoh Mutiara Hal 35)
Dari Uqbah
bin Amir r.a. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya demi Allah, aku tidak
khawatir kalian akan kembali musyrik sepeninggalku tetapi aku khawatir kalian
akan berlomba-lomba dalam kehidupan dunia. (H.R. Muslim No.4248)
Hadis
riwayat Abu Said Al-Khudri ra.: Bahwa Rasulullah saw. pada satu hari berada di
atas mimbar lalu beliau bersabda: Ada seorang hamba yang diberikan pilihan
oleh Allah antara Allah akan memberinya kemewahan dunia atau memberi sesuatu
yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya.
(H.R. Muslim No.4390)
- Bakhil dan Kikir
Istidraj
juga dapat menimpa orang muslim yang kikir. Bagi orang muslim, berlimpahnya
harta adalah sebuah ujian. Dengan kelimpahan harta itu Allah menyuruh untuk
menafkahkan sebagian harta tersebut. Tidak seluruhnya namuan hanya “sebagian”.
Berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya (Q.S. Al-Hadiid [57] :7)
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al-Baqarah [2] : 261)
Namun
sebagian manusia memang cenderung kikir. Dan bagi orang yang kikir maka
kelimpahan harta itu bisa berubah menjadi istidraj yang menjerumuskannya kepada
murka Allah.
Maka setelah
Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan
karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu
membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka
sampai kepada waktu mereka menemui Allah (Q.S. At-Taubah [9] : 76-77)
Sekiranya
manusia memiliki emas sepenuh dua lembah niscaya ia akan mencari yang ketiganya
(H.R.
Bukhari Muslim)
Dan manusia
itu bersifat kikir (Q.S. An
Nisaa’ [4] ; 128, Al Israa’ [17] : 100)
- Tamak dan Rakus Pada Dunia
Dari Ibnu
Umar r.a.berkata : berkata Nabi SAW : Sesungguhnya seorang mukmin makan
dengan satu ususu sedangkan si kafir makan dengan tujuh usus (H.R. Bukhari
Muslim dalam Alu’lu wal marjan Jilid 2 No 1334)
Dari Abu
Hurairah r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda : “Dunia ini adalah penjara
bagi mukmin dan surga bagi orang kafir. Sedangkan akhirat adalah surga bagi
mukmin dan penjara bagi kafir (H.R. Tirmidzi No. 2246 Disahihkan oleh
Albani)
- Tidak Bersyukur
Sebagian
orang ditimpa istidraj karena mereka lupa kacang dengan kulitnya dan lupa
bersyukur kepada Allah setelah Allah kabulkan doa mereka dan Allah limpahkan
apa yang mereka inginkan. Hal ini sebagaimana digambarkan pada ayat berikut ini
:
Dan apabila
manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk
atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia
(kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah
orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka
kerjakan (Q.S. Yunus
[10] : 12)
Maka Kami
biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami,
bergelimangan di dalam kesesatan mereka (Q.S. Yunus [10] : 11)
Biarlah
mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka; maka
bersenang-senanglah kamu. Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya). (Q.S. An-Nahl [16] :55)
Ali bin Abi
Thalib pernah berkata mengenai ciri-ciri orang yang tidak bersyukur yaitu :
Ia tidak mampu mensyukuri apa yang dikaruniakan kepadanya dan selalu
menghendaki tambahan dari apa yang ada pada dirinya. Bila jatuh sakit ia menyesali
dirinya tapi bila telah kembali sehat ia merasa aman berbuat sia-sia.
(Mutiara Nahjul balaghoh Hal 37)
- Tidak Amanah Terhadap Harta
Sebagian
orang ditimpa istidraj karena ia tidak amanah dengan harta yang dilimpahkan
Allah padanya. Dia membelanjakan harta itu untuk hal-hal kemaksiatand an tidak
digunakan untuk kebaikan.
mereka
mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka
(hidup) bersenang-senang (di dunia). Kelak mereka akan mengetahui (akibat
perbuatannya). (Q.S.
Al-Ankabut [29] :66)
mereka
mengingkari rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka. Maka
bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu). (Q.S.
Ar-Ruum [30] :34)
Dunia dihuni
empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan
ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Robbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan
melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia.
Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta,
tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh
harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang
pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua)
sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi
ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya)
tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak
menyantuni keluarga dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia
berkedudukan paling jahat dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak
memperoleh rezeki harta maupun ilmu pengetahuan dari Allah lalu dia berkata
seandainya aku memiliki harta kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya
orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta (kelompok
yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
- Melakukan Kezhaliman Terus Menerus
Kecelakaanlah
bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya (Q.S. Al-humazah [104] :1-3)
Dan berapa
banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah
bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang
tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil (Q.S. Al-Qashash [28] :58)
Dan apa saja
yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan
perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.
Maka apakah kamu tidak memahaminya? (Q.S. Al-Qashash [28] :60)
Malaikat
Jibril datang kepada Nabi Saw, lalu berkata, “Hai Muhammad, hiduplah sesukamu
namun engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu namun engkau pasti akan diganjar,
dan cintailah siapa yang engkau sukai namun pasti engkau akan berpisah
dengannya. (H.
Ath-Thabrani)
- Lupa Diri
Harta dan
kenikmatan dunia itu pada asalnya adalah sesuatu yang dibolehkan, dan merupakan
salah satu nikmat dari Allah. Tak ada yang mengharamkan perhiasan dunia dan
menghalangi orang dari meraihnya.
Namun harta
dan kenikmatan dunia itu berpotensi membuat orang lupa diri dan hanya sedikit
sekali orang yang selamat dari godaan dunia.
Maka ia
berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda)
sehingga aku lalai mengingat Tuhanku (Q.S. Shaad [38] : 32)
Maka tatkala
mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Q.S. Al-An’aam [6] : 44)
Demi Allah,
bukanlah kemelaratan yang aku takuti bila menimpa kalian, tetapi yang kutakuti
adalah bila dilapangkannya dunia bagimu sebagaimana pernah dilapangkan
(dimudahkan) bagi orang-orang yang sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba
sebagaimana mereka berlomba, lalu kalian dibinasakan olehnya sebagaimana mereka
dibinasakan. (H.R.
Ahmad)
- Merasa Semua Berjalan Sesuai Planning
Sebagian
orang diberi harta, kedudukan, dan dibukakan berbagai kenikmatan dan
keleluasaan di dunia pada mulanya sebagai ujian. Dan sebagian orang diwujudkan
oleh Allah segala apa yang direncanakannya dan segala apa yang
dicita-citakannya. Maka orang itu kemudian merasa tidak ada campur tangan Allah
dalam hal ini dan semua terwujud berkat upaya dirinya dan berkat kepandaiannya.
Qarun
berkata : Sesungguhnya aku memiliki harta itu karena ilmu yang ada padaku (Q.S. Al-Qashash : 78)
Kami biarkan
ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Q.S. An-Nisaa’ [4] : 115)
Dan apakah
ia (Qorun) tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan
umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan
harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang
dosa-dosa mereka. (Q.S.
Al-Qashash [28] : 78)
seteteshidayah.wordpress.com
0 komentar:
Post a Comment